CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 27 Maret 2010

History of wedding ring

About Wedding Ring

Mengapa pada saat janji pernikahan, pengantin menyematkan cincin di jari pasangannya?

Cincin menjadi simbol keterikatan dua hati, dua perasaan, dua sifat dan dua tubuh menjadi satu, cincin menjadi tanda kepemilikan bahwa laki-laki telah memiliki seorang perempuan dan juga sebaliknya perempuan tersebut telah menjadi milik seorang laki-laki yang diresmikan dalam suatu lembaga perkawinan itu artinya adanya satu komitmen untuk mencintai pasangan selama-lamanya. Ini yang dilukiskan dalam bentuk cincin yang bulat atau melingkar dimana tidak ada akhirnya, diartikan sebagai makna keabadian.

Di tangan sebelah manakah yang tepat untuk cincin dikenakan?
Well, ternyata tidak ada ketentuan di tangan manakan cincin itu dikenakan karena tergantung tradisi negara atau pun kepercayaan yang diyakini.
Bagi yang mengenakan cincin di jari manis tangan kiri karena Tradisi mengatakan vena dari jari ini berjalan langsung ke hati yang dilambangkan sebagai simbol cinta... (sound romantic )
Sedangkan di jari manis tangan kanan karena menilai tangan kanan lebih aktif dan tangkas dalam fungsi kerjanya sehari-hari

Perkembangan cincin kawin.
Pada jaman kuno pertama kali cincin terbuat dari rami tetapi tidak tahan lama. Kemudian dikenal berbagai bahan seperti dari kulit, tulang dan gading. Sampai kemudian dikenal seni metalurgi yang kemudian menjadi cikal bakal cincin modern yang umumnya dikenal pada masa sekarang ini. Seperti berbahan emas atau perak, titanium sampai dengan yang bertahtakan berlian. ( berlian atau diamond berasal dari kata Yunani adamastos yang berarti tak terkalahkan)

Setelah mempertimbangkan cincin pernikahan seperti inilah yang akan kami gunakan. Modelnya sederhana tetapi kokoh mencerminkan pribadi kami



Menuju hari H : 4 bulan dan 13 hari, semoga kami semakin dimantapkan baik itu dalam perasaan dan pemikiran yang menyatu dalam membawa hubungan ini semakin lebih baik dan berkualitas.

note:diambil dari berbagai sumber online

Rabu, 10 Maret 2010

Haven't met his parent Yet

Near Our wedding day...today exactly 5 months to go (thank you for my diary calendar), I haven`t met his parent yet..(neither my parent). Waktu lamaran pun diwakilkan dengan saudara yang ada di Jakarta untuk lebih praktis dan hematnya..
Ya betul...Aku belum pernah bertemu dengan orang tua dari pacarku karena mereka berdomisili di Tomohon Sulawesi Utara. Kegiatan sehari-hari yaitu berkebun karena sudah pensiun jadi memang tidak ada rutinitas yang menghalangi sebenarnya tetapi akhirnya diputuskan Papa dan mama dari pacarku akan datang sebelum hari pernikahan kami. Aku pun tidak diijinkan untuk pergi ke Tomohon menghampiri keluarga pacar saat ada kesempatan oleh orang tuaku. Tetapi kami sudah sering berkomunikasi dengan telepon terlebih lagi menjelang pernikahan untuk bicarakan persiapan.

Pasti ada pertanyaan yang muncul seperti: bagaimana orang tua pacar bisa setuju dengan aku?apakah mereka sudah tahu seperti apa rupaku?hmm..tenang..tenang. Dijaman yang semakin canggih, jarak jauh dengan calon mertua nampaknya tidak ada masalah buatku.

Bagaimana mereka yakin bahwa aku lah pendamping yang tepat buat anak mereka :
1. Dari cerita-cerita pacarku lah (promosi dia gencar)
2. Dari interaksi pembicaraan aku dan orang tuanya di telpon.
3. Dari informasi keluarga dan adik pacar yang sudah bertemu dengan aku, bahwa kesan mereka terhadap aku baik (ehmmm...syalalal...ge-er).
4. Yang terakhir tentu saja pernyataan dari pacarku bahwa dia serius mau menjalin hubungan dengan ku sampai dengan kami menikah.
Kalau mengenai rupa yahh, kita sudah kirim foto ke orang tua..gak tanggung-tanggung sekitar 30 foto berbagai ukuran dikirim (narsis mode on) hehehe..

Kalau aku berharap sih bisa datang paling lama 2 minggu sebelum acara, jadi aku dan keluargaku bisa lebih dekat lagi berinteraksi dengan papa dan mama pacarku...oh iya, sejak pertama kali dikenalkan dengan orang tua pacar, aku sudah memanggil mereka dengan papa dan mama..kalau dari cerita adik pacarku bilang mereka sampai kaget karena aku begitu cepat dan fasih memanggil mereka dengan papa dan mama serasa aku ini anak sendiri..kalau pacarku bilang aku ini sok akrab..grrrrr....Tapi memang benar, aku mengganggap papa dan mama pacarku layaknya orang tuaku sendiri..Jika aku mencintai anaknya mengapa harus ada jarak dengan orang tuanya? dan juga keluarganya?

Bagaimana dengan pacarku terhadap orang tuaku??lidahnya masih kaku sekali bahkan untuk memanggil dengan sebutan `om dan tante`  jadi kadang kalau mau pamit pulang, kalimat itu bergantung di udara...

Pastinya tidak mudah untuk beradaptasi memanggil orang tua pasangan dengan sebutan papa dan mama..tetapi Puji Tuhan, aku sudah bisa melewati nya dengan baik, tinggal memberi semangat pada pacarku nih untuk tidak malu-malu :)